KEMELUT DI TUBUH PSSI
PEKANBARU - Pemilik suara yang menggelar kongres dan dinyatakan tidak sah oleh kubu PSSI menyatakan, pengakuan FIFA bukan hal terpenting. Hal yang terpenting adalah pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.
“FIFA akui atau tidak (hasil kongres) itu nomor dua. Yang penting dapat pengakuan dari masyarakat Indonesia dan pemerintah,” ungkap Sekum Pengprov Papua, Usman Fakaubun, dalam konferensi pers di Hotel Jatra, Pekanbaru, Minggu (27/3).
Kubu PSSI semalam menyebut kalau kongres yang tetap digelar setelah mereka membatalkannya tidaklah sah. Sementara peserta kongres semalam tetap mengklaim sah karena diikuti oleh 2/3 pemilik suara sah. Ada 78 pemilik suara yang hadir dalam kongres, mereka yang selama ini masuk di dalam Komite Penyelamat Persepakbolaan Indonesia (KPPN).
Usman, salah satu pimpinan sidang dalam Kongres PSSI yang akhirnya diambil alih, menambahkan, telah mengirimkan surat ke FIFA mengenai dinamika dan perkembangan kongres di Pekanbaru. Surat melalui email itu dikirimkan kemarin. Dengan komunikasi yang baik diharapkan FIFA dan AFC akan mengakui keabsahan kongres karena dihadiri dan dilaksanakan mayoritas pemilik suara, meskipun tidak dihadiri para pejabat pusat PSSI.
Pihaknya juga akan segera mengabarkan hasil kongres tersebut ke KONI dan pemerintah. Meskipun berharap, AFC dan FIFA memberikan keabsahan, namun bila tidak didapat dirinya tidak akan memedulikan.
’’Kalau FIFA tidak akui ini tidak masalah, yang penting kita diakui masyarakat dan pemerintah. Tapi semoga FIFA mengakui karena setahu saya dalam kongres posisi mereka sebagai pengawas bukan pengambil keputusan,’’ katanya, di Pekanbaru, kemarin.
Mengakui Nurdin Meski mengambilalih kongres dan kongres tidak dihadiri Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, dan sebagian besar pengurus teras lainnya, Usman mengaku pihaknya tetap mengakui Nurdin dan kawan-kawan sebagai pimpinan PSSI. Hingga 29 April nanti, Nurdin cs adalah pengurus PSSI yang sah.
Setelah membentuk Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP), anggota komite akan berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal PSSI karena sesuai Statuta PSSI, komite berada di bawah sekjen. Bila tidak diterima karena berkaitan dengan keabsahan, maka baru akan diambil putusan lebih lanjut. ’’Nanti segala hal yang belum sempurna segera kami susun,’’ ucap Sekretaris PSSI Pengprov Papua yang terpilih menjadi anggota KP ini.
Dalam kongres selanjutnya, pihaknya akan mengundang semua pemilik suara yang sah dan pemilik suara yang namanya telah diputihkan. Sementara John Banua dari Persiwa Wamena mengatakan tidak perlu adanya perdebatan apakah kongres kemarin sah atau tidak karena faktanya dihadiri 78 dari 100 pemilik suara.
KEAMANAN dalam Kongres Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) PSSI di Hotel The Premiere Pekanbaru menjadi perdebatan. Keikutsertaan TNI dalam pengamanan dan aksi mereka di lokasi kongres, kini menjadi sorotan. Apalagi dengan keamanan berlebih itu, kekacauan berkaitan dengan ketertiban bila kita tidak hendak menyebutnya sebagai kericuhan, tetap tak terhindarkan.
Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Bambang HS menuturkan, pihaknya menerjunkan anggota sekitar 450 personil. Bukan hanya dari polresta, mereka juga didukung personil Polda Riau. ’’Mereka dari sabhara dan juga brimob. Even ini ajang nasional sehingga SOP (standar operasional prosedur) memang demikian,’’ katanya.
Selain polisi, sedari siang terlihat pula aparat TNI yang setidaknya diangkut lima truk yang diparkir di seberang hotel. Bahkan petang hari sebelum kongres, mobil gegana milik polisi melaju dan berhenti tepat di depan hotel. Tiga anggota penjinak bom berseragam dan bersenjata lengkap terlihat tergesa keluar dari mobil langsung memasuki hotel.
Saat memasuki lobi, ketiganya kemudian beringsut ke tangga menuju lantai dua. Masih dengan langkah terburu-buru ketiganya ditemani Kepala Biro Operasi Polda Riau mnemasuki ruangan di lantai dua. ’’Ini hanya standar operasi kami melakukan penyisiran. Tidak ada ancaman (bom) yang kami terima,’’ tutur Bambang.
Kibarkan Merah Putih Permasalahan terkait pengamanan kemudian muncul pada malam harinya. Sekitar pukul 19.00 puluhan tentara berseragam lengkap terlihat berbaris di depan lobi hotel. Di depan mereka beberapa orang dari Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) berorasi mengenai sepak bola yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional. Tak berapa lama bendera Merah Putih berukuran 20 X 10 dibentangkan. Inilah bendera yang diaku dikibarkan MSBI saat menonton Piala dunia di Afrika Selatan tahun lalu.
Sembari memegang dan mengibarkan bendera, para tentara yang berjaga kemudian bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya. Kejadian ini dapat dilihat lewat kaca televisi. Uniknya, ketika para tentara berjaga, polisi seakan menarik diri ke pelataran depan hotel.
Sesaat sebelum aksi ini, puluhan pemuda tegap berambut cepak, berbaris rapi juga memasuki hotel dan langsung menuju ke lantai dua. Sesampaianya di sana, mereka kemudian ada yang berpencar ada pula yang berkumpul. Sebagian duduk di sofa, sebagian berdiri dekat pembatas sehingga dapat melihat lantai satu dan tangga menuju lantai dua. Sebagian besar di antara mereka kemudian menganbil koran yang tersedia di situ sembari melihat-lihat situasi.
Lantai dua Hotel The Premier terdapat lounge, beberapa ruangan, ruang tengah, dan ballroom yang akan dijadikan tempat kongres. Di ruangan tengah, telah disiapkan santap malam untuk para peserta kongres. Sebelum memasuki ballroom, mereka direncanakan berkumpul di ruang tengah sembari mengisi perut.
Tidak berselang lama dari kedatangan puluhan pemuda tegap ke lantai dua, para peserta kongres yang sebagian besar tergabung dalam Komite Penyelamatan Sepak Bola Nasional (KPPN) tiba di lokasi kongres. Mereka sebagian besar menginap di Hotel Mutiara, terpisah dengan para pengurus PSSI dan peserta kongres lainnya.
Menuju lantai dua, sebagian peserta ini menuju ruang registrasi menanyakan permasalahan hak mereka mengikuti kongres. Tak mendapatkan solusi, suasana panas pun mulai pecah. Mereka berteriak-teriak menanyakan hak. Ruangan tengah yang penuh sesak semakin memanas karena kericuhan. Mereka merangsek ingin menerobos pintu ballroom yang dijaga belasan brimob.
Dalam keadaan inilah, para pemuda yang datang tadi, turut berteriak-teriak dan merangsek. Hal ini pun dapat dilihat melalui tayangan televisi. Sesaat setelah para pemilik suara berhasil menjebol barikade polisi dan membuka paksa pintu, para pemuda tersebut kemudian mundur secara teratur. Sementara di depan lobi hotel para tentara berseragam tidak terlihat lagi.
Bambang HS mengatakan kedatangan tentara untuk membantu polisi melakukan pengamanan. Ditanya mengapa harus membutuhkan back up tentara meski telah menerjunkan ratusan polisi, dia menjawab hal itu biasa.
Uniknya, Bambang mengaku belum berkoordinasi mengenai hal tersebut. ’’Ini panitia yang meminta. Kami belum mendapatkan koordinasi, tapi tetaplah nanti dilakukan,’’ akunya.
Usai kericuhan di depan pintu ballroom sejatinya hampir tidak ada insiden berarti. Dalam keadaan tersebut, sebagian polisi pun ditarik. Jumlah mereka yang berjaga jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Walau dengan ratusan polisi dan puluhan tentara, serta pengamanan hotel, kericuhan sempat pecah.
Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/smcetak
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/28/141454/Pengakuan-FIFA-Tak-Penting
“FIFA akui atau tidak (hasil kongres) itu nomor dua. Yang penting dapat pengakuan dari masyarakat Indonesia dan pemerintah,” ungkap Sekum Pengprov Papua, Usman Fakaubun, dalam konferensi pers di Hotel Jatra, Pekanbaru, Minggu (27/3).
Kubu PSSI semalam menyebut kalau kongres yang tetap digelar setelah mereka membatalkannya tidaklah sah. Sementara peserta kongres semalam tetap mengklaim sah karena diikuti oleh 2/3 pemilik suara sah. Ada 78 pemilik suara yang hadir dalam kongres, mereka yang selama ini masuk di dalam Komite Penyelamat Persepakbolaan Indonesia (KPPN).
Usman, salah satu pimpinan sidang dalam Kongres PSSI yang akhirnya diambil alih, menambahkan, telah mengirimkan surat ke FIFA mengenai dinamika dan perkembangan kongres di Pekanbaru. Surat melalui email itu dikirimkan kemarin. Dengan komunikasi yang baik diharapkan FIFA dan AFC akan mengakui keabsahan kongres karena dihadiri dan dilaksanakan mayoritas pemilik suara, meskipun tidak dihadiri para pejabat pusat PSSI.
Pihaknya juga akan segera mengabarkan hasil kongres tersebut ke KONI dan pemerintah. Meskipun berharap, AFC dan FIFA memberikan keabsahan, namun bila tidak didapat dirinya tidak akan memedulikan.
’’Kalau FIFA tidak akui ini tidak masalah, yang penting kita diakui masyarakat dan pemerintah. Tapi semoga FIFA mengakui karena setahu saya dalam kongres posisi mereka sebagai pengawas bukan pengambil keputusan,’’ katanya, di Pekanbaru, kemarin.
Mengakui Nurdin Meski mengambilalih kongres dan kongres tidak dihadiri Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, dan sebagian besar pengurus teras lainnya, Usman mengaku pihaknya tetap mengakui Nurdin dan kawan-kawan sebagai pimpinan PSSI. Hingga 29 April nanti, Nurdin cs adalah pengurus PSSI yang sah.
Setelah membentuk Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP), anggota komite akan berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal PSSI karena sesuai Statuta PSSI, komite berada di bawah sekjen. Bila tidak diterima karena berkaitan dengan keabsahan, maka baru akan diambil putusan lebih lanjut. ’’Nanti segala hal yang belum sempurna segera kami susun,’’ ucap Sekretaris PSSI Pengprov Papua yang terpilih menjadi anggota KP ini.
Dalam kongres selanjutnya, pihaknya akan mengundang semua pemilik suara yang sah dan pemilik suara yang namanya telah diputihkan. Sementara John Banua dari Persiwa Wamena mengatakan tidak perlu adanya perdebatan apakah kongres kemarin sah atau tidak karena faktanya dihadiri 78 dari 100 pemilik suara.
KEAMANAN dalam Kongres Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) PSSI di Hotel The Premiere Pekanbaru menjadi perdebatan. Keikutsertaan TNI dalam pengamanan dan aksi mereka di lokasi kongres, kini menjadi sorotan. Apalagi dengan keamanan berlebih itu, kekacauan berkaitan dengan ketertiban bila kita tidak hendak menyebutnya sebagai kericuhan, tetap tak terhindarkan.
Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Bambang HS menuturkan, pihaknya menerjunkan anggota sekitar 450 personil. Bukan hanya dari polresta, mereka juga didukung personil Polda Riau. ’’Mereka dari sabhara dan juga brimob. Even ini ajang nasional sehingga SOP (standar operasional prosedur) memang demikian,’’ katanya.
Selain polisi, sedari siang terlihat pula aparat TNI yang setidaknya diangkut lima truk yang diparkir di seberang hotel. Bahkan petang hari sebelum kongres, mobil gegana milik polisi melaju dan berhenti tepat di depan hotel. Tiga anggota penjinak bom berseragam dan bersenjata lengkap terlihat tergesa keluar dari mobil langsung memasuki hotel.
Saat memasuki lobi, ketiganya kemudian beringsut ke tangga menuju lantai dua. Masih dengan langkah terburu-buru ketiganya ditemani Kepala Biro Operasi Polda Riau mnemasuki ruangan di lantai dua. ’’Ini hanya standar operasi kami melakukan penyisiran. Tidak ada ancaman (bom) yang kami terima,’’ tutur Bambang.
Kibarkan Merah Putih Permasalahan terkait pengamanan kemudian muncul pada malam harinya. Sekitar pukul 19.00 puluhan tentara berseragam lengkap terlihat berbaris di depan lobi hotel. Di depan mereka beberapa orang dari Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) berorasi mengenai sepak bola yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional. Tak berapa lama bendera Merah Putih berukuran 20 X 10 dibentangkan. Inilah bendera yang diaku dikibarkan MSBI saat menonton Piala dunia di Afrika Selatan tahun lalu.
Sembari memegang dan mengibarkan bendera, para tentara yang berjaga kemudian bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya. Kejadian ini dapat dilihat lewat kaca televisi. Uniknya, ketika para tentara berjaga, polisi seakan menarik diri ke pelataran depan hotel.
Sesaat sebelum aksi ini, puluhan pemuda tegap berambut cepak, berbaris rapi juga memasuki hotel dan langsung menuju ke lantai dua. Sesampaianya di sana, mereka kemudian ada yang berpencar ada pula yang berkumpul. Sebagian duduk di sofa, sebagian berdiri dekat pembatas sehingga dapat melihat lantai satu dan tangga menuju lantai dua. Sebagian besar di antara mereka kemudian menganbil koran yang tersedia di situ sembari melihat-lihat situasi.
Lantai dua Hotel The Premier terdapat lounge, beberapa ruangan, ruang tengah, dan ballroom yang akan dijadikan tempat kongres. Di ruangan tengah, telah disiapkan santap malam untuk para peserta kongres. Sebelum memasuki ballroom, mereka direncanakan berkumpul di ruang tengah sembari mengisi perut.
Tidak berselang lama dari kedatangan puluhan pemuda tegap ke lantai dua, para peserta kongres yang sebagian besar tergabung dalam Komite Penyelamatan Sepak Bola Nasional (KPPN) tiba di lokasi kongres. Mereka sebagian besar menginap di Hotel Mutiara, terpisah dengan para pengurus PSSI dan peserta kongres lainnya.
Menuju lantai dua, sebagian peserta ini menuju ruang registrasi menanyakan permasalahan hak mereka mengikuti kongres. Tak mendapatkan solusi, suasana panas pun mulai pecah. Mereka berteriak-teriak menanyakan hak. Ruangan tengah yang penuh sesak semakin memanas karena kericuhan. Mereka merangsek ingin menerobos pintu ballroom yang dijaga belasan brimob.
Dalam keadaan inilah, para pemuda yang datang tadi, turut berteriak-teriak dan merangsek. Hal ini pun dapat dilihat melalui tayangan televisi. Sesaat setelah para pemilik suara berhasil menjebol barikade polisi dan membuka paksa pintu, para pemuda tersebut kemudian mundur secara teratur. Sementara di depan lobi hotel para tentara berseragam tidak terlihat lagi.
Bambang HS mengatakan kedatangan tentara untuk membantu polisi melakukan pengamanan. Ditanya mengapa harus membutuhkan back up tentara meski telah menerjunkan ratusan polisi, dia menjawab hal itu biasa.
Uniknya, Bambang mengaku belum berkoordinasi mengenai hal tersebut. ’’Ini panitia yang meminta. Kami belum mendapatkan koordinasi, tapi tetaplah nanti dilakukan,’’ akunya.
Usai kericuhan di depan pintu ballroom sejatinya hampir tidak ada insiden berarti. Dalam keadaan tersebut, sebagian polisi pun ditarik. Jumlah mereka yang berjaga jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Walau dengan ratusan polisi dan puluhan tentara, serta pengamanan hotel, kericuhan sempat pecah.
Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/smcetak
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/28/141454/Pengakuan-FIFA-Tak-Penting
KEMELUT DI TUBUH PSSI
Reviewed by Warta Jawa
on
10:11:00 AM
Rating: